|
Metode dan Teknik Menerjemahkan Puisi |
Metode dan Teknik Menerjemahkan Puisi : Sebagai salah satu bentuk seni sastra, puisi mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh bentuk-bentuk seni satra yang lain. Ada dua ciri menonjol dalam sastra, yaitu keindahan dan ekspesi. Akan tetapi, kalau dicermati, puisi adalah salah satu jenis seni sastra yang cukup berbeda dari jenis jenis yang lain, seperti: drama, cerpen, dan novel. Dalam puisi keindahan tidak hanya dicapai dengan sarana pilih an kata saja, tetapi di dalam penyair mencipta ritme, irama, serta mosi-emosi yang khas dengan cara membuat ung kapan-ungkapan yang khas pula, yang kadang dalam di tulis dengan tidak mengikuti kaidah yang umum. Di sam ping itu, puisi juga merupakan wahana bagi penyair untuk mengungkapkan gagasannya dan perasaannya. Pesan atau makna yang disampaikan oleh penyair ini biasanya kaya sekali akan nuansa yang dihasilkandari efek bunyi, kiasan tertentu, dan sebagainya. Dan ini semua bisa saja luput dari pengungkapan seorang pembaca.
Seperti dalam terjemahan-terjemahan jenis lain, pe nerjemah dalam terjemahan puisi juga berperan sebagai jembatan penghubung antara pengarang dengan pem baca. Kalau pembaca tidak menguasai bahasa Inggris mi salnya, maka dia tidak bisa memahami dan menikmati karya penyair Inggris atau Amerika. Untuk itulah seorang pener jemah diperlukan, tetapi mengingat betapa uniknya puisi seperti yang diuraikan di atas, muncullah pertanyaan, "Mung kinkah menerjemahkan puisi?"
Seperti seorang pelukis yang melukiskan suara hati nya dengan bahan-bahan cat yang berwarna-warna, se orang penyair mencipta puisi untuk menuangkan suara jiwanya dengan bahan kata-kata. Tentu saja kata-kata ini adalah hasil pemilihan yang cermat dengan memperhati kan efek bunyi tertentu untuk mengungkapkan emosi ter tentu serta makna dan pesan tertentu pula. Seperti hal nya cat atau bahan pewarna, kata-kata adalah milik semua bahasa dan dapat dipakai oleh semua orang. Dengan kata lain, semua bahasa mempunyai satuan bunyi yang disebut kata. Dan semua kata-kata dalam segala jenis bahasa di dunia ini, termasuk bahasa Inggris dan juga bahasa Indo nesia, sama-sama bisa dipakai untuk menulis puisi, meng ungkapkan perasaan, dan menyampaikan pesan. Jadi, suatu pesan yang disampaikan dalam bahasa Inggris, mungkin sekali bisa disampaikan juga dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, menurut Theodore Savory (1969:75), terjemah an puisi yang memadai masihlah mungkin dilakukan.
Jenis-jenis Terjemahan Puisi
Ada beberapa metode yang biasa diterapkan oleh para penerjemah puisi. Andre Lefevere (dalam Basnett-McGuire, 1980. 81-82) mencatat tujuh metode terjemahan puisi yang biasa digunakan oleh para penerjemah Inggris dalam me nerjemahkan puisi-puisi karya Catullus. Ketujuh metode tersebut adalah:
1. Terjemahan Fonetik
Metode terjemahan ini berusaha mencipta kembali suara dari Bsu ke BSa. Dan dalam waktu bersamaan, penerjemah berusaha mengalihkan makna puisi asal ke dalam BSa Menurut kesimpulan Lefevere, meskipun hasil terjemahan metode ini cukup lumayan dalam hal penciptaan buny dalam BSa yang sesuai dengan bunyi di dalam puisi asli, tetapi secara keseluruhan terasa kaku dan sering kali meng hilangkan makna puisi aslinya.
2. Terjemahan Literal
Terjemahan metode ini menekankan proses pener jemahan dari kata ke kata dalam BSa. Kebanyakan terje mahan puisi dengan cara ini betul-betul menghilangkan makna dalam puisi aslinya. Selain menghilangkan makna struktur frase kalimatnya akan melenceng jauh dari struktur dalam BSa.
3. Terjemahan Irama
Terjemahan irama (metrical translation) adalah pener jemahan puisi dengan penekanan utama pada pencarian atau pereproduksian irama atau matra puisi aslinya dalam puisi hasil terjemahannya, Strategi terjemahan jenis ini biasanya akan menghasilkan terjemahan yang mengacau kan makna dan juga memporakporandakan struktur DBA karena secara umum tiap-tiap bahasa mempunyai sistem tekanan dalam pelafalan kata yang berbeda-beda.
4. Terjemahan Puisi ke Prosa
Dalam terjemahan dari puisi menjadi prosa ini ter dapat beberapa kelemahan, seperti hilangnya makna, mu nahnya nilai komunikatif antara penyair dan pembac serta yang paling kentara, hilangnya pesona puisi aslinya yang telah dibangun dengan susah payah dari bahan-ba han pilihan kata dan bunyi serta ungkapan-ungkapan ter tentu.
5. Terjemahan Bersajak
Dalam metode terjemahan ini, penerjemah menguta makan pemindahan akhir larik puisi aslinya ke dalam puisi terjemahannya. Hasil terjemahan ini adalah sebuah terje mahan yang secara fisik kelihatan sama tetapi menilik mak nanyam hasilnya tidak memuaskan.
6. Terjemahan puisi Bebas
Dalam terjemahan dengan metode ini mungkin pe nerjemah bisa mendapatkan ketepatan padanan kata dalam BSa dengan baik, dan kadar kesusastraannya pun bisa di pertanggungjawabkan. Di lain pihak, masalah rima dan irama dalam jenis terjemahan ini cenderung diabaikan. Dengan demikian, secara fisik, mungkin puisi hasil terje mahan ini kelihatan berbeda dari puisi aslinya, tetapi dalam hal makna, puisi ini terasa sama.
7. Interpretasi
Interpretasi di sini tidak sama dengan interpretasi yang artinya terjemahan lisan seperti yang sudah dibahas di dalam Bab 1. dalam jenis terjemahan interpretasi ini, Le fevere mengajukan dua jenis terjemahan yang masing-ma sing disebutnya versi dan imitasi. Suatu versi puisi dalam BSA mempunyai isi atau makna yang sama bila dibanding kan dengan puisi aslinya Bsu tetapi bentuk wadagnya telah berubah sama sekali. sedangkan dalam imitasi penerjemah betul-betul menuliskan puisinya sendiri dengan judul dan topik serta titik tolak yang sama dengan puisi aslinya.
Kalau disimak, dalam kajiannya tersebut rupanya Le fevere ingin menegaskan kembali pendapat Anne Cluy sennar. Anne Cluysennar (dalam Basnett-McGuire, 1980 82) menyatakan bahwa kelemahan metode-metode terje mahan puisi umumnya disebabkan adanya penekan an pada satu atau beberapa elemen puisi dalam proses pe nerjemahannya. Dari sini jelas bahwa metode penerjemah yang demikian akan lah mengorbankan elemen-elemen puisi yang lain. Oleh karena puisi tersusun dari elemen-ele men tadi yang tertata secara seimbang, maka pengorbanan dalah satu atau beberapa elemen dalam penerjemahannya tentu akan merusak keseimbangan yang telah dibangun dengan susah payah oleh si penyair. Dengan demikian pro ses tersebut juga merusak puisi secara keseluruhan.
Secara garis besar, ketujuh metode penerjemahan puisi di atas ternyata mengarah pada dua kutub yang saling menjauh. Dalam metode terjemahan literal, metrical (irama) dan terjemahan bersajak, penerjemah mementingkan segi bentuk luar dan karenanya rela mengorbankan maknanya Umumnya kalangan penerjemah ini percaya bahwa unsur keindahan yang dibangun dari irama dan bunyilah yang paling berharga untuk dipertahankan dalam terjemahan puisi.
Sedangkan metode terjemahan puisi ke prosa, puist bebas, dan interpretasi lebih meletakkan tekanan pada pengabadian makna atau pesan dari puisi aslinya, karena unsur inilah yang merupakan jiwa puisi, unsur yang mem buat puisi menjadi bermakna bagi pembacanya. Salah seorang pendukung pendapat ini, Popovic (Basnett-McGuire, 1980: 2) mengatakan bahwa penerjemahan puisi mempunyai hak untuk bebas merdeka dari penyair aslinya asalkan kebebasan itu diabadikan sepenuhnya untuk menghidup kan kembali puisi asli itu di dalam BSa.
Seorang penyair Inggris, Ezra Pound (dalam Basnett-McGuire, 1980: 83), malah lebih ekstrem lagi. Dalam rangka menjawab kritik tentang terjemahannya atas "Homage to Sextus Properties" dia mengatakan bahwa tujuannya menerjemahkan puisi tersebut adalah untuk menghidupkan kembali "seseorang yang telah mati. Tentu saja seseorang yang dimaksud di sini adalah si penyair asli yang memang telah mati.
Banyak silang pendapat mengenai terjemahan, hal itu dikarenakan setiap teks memiliki makna tersirat tersendiri. Sebenarnya hanya penulis yang mampu memahami dan mengerti sepenuhnya arti dan maksud dari teksnya. Adapun penerjemah hanya menjembatani pemabahan bahasa yang berbeda atau belum dimengerti banyak orang.
Untuk membantu dalam terjemahan teks tidak ada salahnya meminita bantuan kepada penerjemah yang kompeten pada bidangnya, dalam hal ini
Jasa Penerjemah Resmi Tersumpah dibutuhkan untuk membantu menerjemahkan teks-teks yang perlu diterjemahkan.